Buat Sobat pembaca, perlu sekali lagi saya tegaskan bahwa disini Yoga bukanlah hipnoterapis atau sejenisnya. Tapi karena Yoga sangat sangat tertarik dengan dunia yang satu ini, maka Yoga carikan rederensi artikel buat sobat baca yang sumbernya sudah ada di bagian paling bawah artikel... Terima Kasih, Selamat Menikmati
sumber : http://www.adiwgunawan.com/awg.php?co=p5&mode=detil&ID=77
Seorang kawan bertanya kepada saya, “Pak, apakah past life itu benar-benar ada?”
Wah, ini pertanyaan yang saya harus hati-hati dalam menjawab. “Mengapa Bapak bertanya mengenai hal ini?”, saya balik
bertanya.
”Saya baru selesai membaca tiga buku yang
bercerita mengenai past life. Judul buku itu Journey of Souls
karangan Michael Newton, Many Lives Many Masters karangan Brian
Weiss, dan satu lagi yang ditulis orang Indonesia, Nathalia Sunaidi,
yang berjudul Journey to My Past Lives. Menurut buku-buku itu,
dengan menggunakan teknik hipnoterapi tertentu, kita bisa mengakses
informasi mengenai kehidupan masa lalu kita. Nah, karena Bapak adalah
seorang hipnoterapis, saya ingin tahu mengenai hal ini dari seorang yang
memang pakarnya. Biar nggak salah informasi. Bapak sudah baca buku-buku
itu?” jawab kawan saya dan balik bertanya.
”Sudah. Dan masih ada beberapa buku lain lagi
yang berbicara mengenai topik yang sama, past life. NGH (National
Guild of Hypnotists) di Amerika, juga pernah mengeluarkan
publikasi mengenai topik ini.”, jawab saya.
Pembaca, mengapa saya saya harus hati-hati
dalam menjawab pertanyaan kawan saya mengenai past life?
Sebagai seorang hipnoterapis, untuk bisa
membantu klien dengan efektif, saya harus mempelajari berbagai teknik
terapi. Salah satunya adalah past life regression (PLR). Namun,
saya tidak dalam kapasitas, bila ditanya oleh klien, untuk menjawab
apakah past life itu ada atau tidak.
Mengapa saya harus mengambil sikap seperti
ini?
Sebagai terapis saya harus bersikap netral.
Saya tidak boleh mempengaruhi klien mengikuti belief system saya,
baik itu apakah saya percaya atau tidak mengenai adanya past life.
Pendekatan saya dalam melakukan terapi bersifat client
centered dan evidence based. Bukan therapist centered.
Bila anda ingin lebih jelas mengenai PLR anda bisa membaca buku saya Hypnotherapy:
The Art of Subconscious Restructuring.
Terlepas dari apakah past life itu ada atau tidak,
bergantung pada belief system seseorang, namun apabila teknik ini
bisa menyembuhkan masalah emosi atau mental seseorang maka kita sebagai
terapis akan menggunakan belief ini. Teknik ini namanya teknik
utilisasi. Jadi kita menggunakan apapun yang dibawa oleh klien untuk
bisa membantu klien keluar dari masalahnya. Jika misalnya klien percaya
bahwa ia bisa sembuh bila berbicara pada sebuah batu berbentuk segi lima dan berwarna
hitam maka saya akan menggunakan belief ini untuk membantunya.
Demikian juga bagi klien yang percaya mengenai past life
maka saya akan mengikuti belief-nya. Bila ia tidak percaya past
life namun “seakan-akan” mengalami suatu kejadian dengan setting
dari “kehidupan masa lalu” maka saya akan mengatakan bahwa ini semua
adalah gambaran mental yang dimunculkan oleh pikiran bawah sadar dalam
upaya membantu dirinya.
Nah, kembali pada past life, saat ini
ada banyak pihak/lembaga yang menawarkan PLR. Penawaran ini
mendapat sambutan hangat dari masyarakat karena didorong oleh
keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi.
Apakah mudah melakukan PLR? Jawaban sejujurnya,
“Bergantung”.
Bergantung pada apa? Bergantung pada kesediaan dan kesiapan
klien dan kecakapan hipnoterapis.
Setiap hipnoterapis yang mampu melakukan age
regression akan dapat dengan mudah melakukan PLR. Secara prinsip, age
regression dan PLR sama caranya. Hanya saja untuk age regression
kita, terapis, membawa klien mundur ke masa lalu mereka dalam masa
kehidupan ini. Sedangkan dalam PLR kita membawa klien mundur ke
kehidupan lampau mereka. Baik age regression atau PLR bertujuan
untuk menemukan akar masalah dan melakukan terapi di setting masa itu.
Bila kita asumsikan klien telah siap dan
bersedia melakukan dan mengalami PLR maka keberhasilan PLR selanjutnya
sepenuhnya bergantung kecakapan si hipnoterapis.
Si hipnoterapis perlu mengenal tipe
sugestibilitas klien agar dapat menggunakan teknik induksi yang sesuai
sehingga dapat membawa klien masuk ke kedalaman trance yang sesuai untuk
teknik PLR. Minimal medium trance dan akan sangat baik bila
klien bisa masuk ke kondisi deep trance atau somnambulisme.
Mengapa klien perlu dibawa sampai ke deep
trance?
Ini bertujuan agar pikiran sadar klien sudah
benar-benar ”off” sehingga tidak akan mengganggu proses PLR dengan
memunculkan berbagai gambaran mental atau imajinasi yang keliru.
Selain itu, satu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah hipnoterapis tidak boleh, saya ulangi tidak boleh,
melakukan leading saat melakukan PLR. Yang hanya boleh dilakukan
adalah guiding. Leading sangat berbahaya karena dapat
mengakibatkan false memory pada klien. Prinsip yang sama juga
berlaku dalam melakukan age regression.
Yang dimaksudkan dengan leading adalah
hipnoterapis, baik disengaja atau tidak, mengarahkan pikiran kliennya
dengan sugesti tertentu. Misalnya dengan pernyataan, ”Apakah anda
melihat .......(sesuatu)?”, atau ”Apakah anda
mendengar.........(sesuatu)?”, ”Apakah anda berada di istana di jaman
kerajaan XYZ ?”.
Saat dalam kondisi deep trance pikiran
klien sangat reseptif. Apapun yang hipnoterapis katakan pada klien
langsung diterima oleh pikiran bawah sadar klien, tanpa dianalisis sama
sekali, dan akan muncul gambaran mental yang sejalan dengan sugesti yang
diberikan. Sugesti yang diwujudkan dalam bentuk gambaran mental ini
akan diterima menjadi suatu ”realita” dan terekam sempurna dalam bentuk
memori di pikiran klien.
Dalam guiding hipnoterapis hanya
mengajukan pertanyaan yang bersifat netral, tidak mengarahkan pikiran
klien. Dalam hal ini klien yang berperan aktif dalam menceritakan apa
yang ia lihat, dengar, dan rasakan. Hipnoterapis hanya memancing dengan
kalimat, misalnya, ”Terus... apa lagi yang anda lihat/dengar/rasakan?”.
Oh
ya, bisa jadi saat melakukan age regression untuk membantu klien
menemukan akar masalah, tanpa direncanakan sama sekali, ternyata klien
malah mengalami PLR spontan. Klien mundur ke
kehidupan masa lalu dan menemukan akar masalah mereka di kehidupan
lampau mereka. Hipnoterapis yang tidak siap dengan
kondisi ini biasanya akan panik dan akan langsung menghentikan proses
terapi. Sudah tentu kondisi ini tidak baik untuk klien.
Ada satu contoh menarik mengenai hal ini.
Seorang wanita, sebut saja Sandra, penderita kegemukan/obesitas
mengalami kesulitan untuk diet. Segala cara telah dicoba untuk
menurunkan berat badannya. Namun tetap tidak bisa berhasil. Sandra
bahkan sudah meminta bantuan hipnoterapis untuk membantu dirinya agar
bisa disiplin menjalankan program diet. Hasilnya? Tetap nggak bisa.
Setiap kali Sandra melihat makanan akan langsung timbul keinginan kuat
untuk makan. Sandra tidak bisa menahan nafsu makannya. Jadi,
setiap kali lihat makanan maka Sandra pasti memakan makanan itu.
Hipnoterapis selanjutnya berusaha mencari akar
masalah yang membuat Sandra tidak bisa menahan nafsu makan dengan
menggunakan teknik age regression. Ternyata dengan teknik ini
hipnoterapis tidak berhasil menemukan akar masalah Sandra di
kehidupannya saat ini.
Selanjutnya hipnoterapis meneruskan penggalian
akar masalah ke kehidupan masa lalu Sandra dengan menggunakan teknik
PLR. Ternyata di satu kehidupan lampau, tepat sebelum kehidupannya yang
sekarang, Sandra meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Ia,
yang saat itu masih berusia sekitar 6 tahun, meninggal dalam kondisi
kelaparan.
Ternyata memori ini terekam dengan sangat kuat
di pikiran bawah sadar Sandra. Itulah sebabnya setiap kali ia, di
kehidupannya yang sekarang, melihat makanan maka timbul dorongan yang
sangat kuat untuk makan agar bisa “tetap hidup”.
Setelah akar masalahnya berhasil dibereskan
oleh hipnoterapis dorongan makan yang berlebihan itu langsung hilang. Dan
Sandra bisa dengan mudah menjalankan program diet dan berhasil
menurunkan berat badannya.
Ini adalah salah manfaat PLR untuk membantu
klien keluar dari masalah mereka. Selain manfaat seperti yang saya
ceritakan di atas anda mungkin bertanya, ”Apakah PLR ada efek samping?
Berbahaya nggak sih kalau melakukan PLR?”.
Jawaban jujur, jika PLR dilakukan oleh
hipnoterapis yang cakap maka sama sekali tidak ada efek samping atau
bahayanya. Namun jika PLR dilakukan oleh hipnoterapis yang tidak cakap,
atau sengaja melakukan leading, atau dilakukan sendiri maka bisa timbul
efek negatif yang cukup berbahaya.
PLR sendiri sebenarnya tidak berbahaya. Yang
berbahaya adalah apabila klien, baik mengalami PLR dengan bantuan
hipnoterapis atau dengan melakukannya sendiri, mengalami false memory
atau abreaction yang tidak terkendali.
False memory,
seperti yang telah saya jelaskan sekilas di atas, sangat berbahaya
karena klien akan menerima sugesti, baik yang disengaja atau tidak
disengaja untuk menimbulkan gambaran mental tertentu, sebagai suatu
kebenaran. False memory selanjutnya, setelah terintegrasi ke
dalam memori klien, akan menjadi ”realita” yang mempengaruhi hidup
klien.
Saya teringat beberapa tahun yang lalu saat
mengikuti lokakarya yang diadakan oleh salah satu lembaga yang
mengajarkan Reiki. Lokakarya diadakan di daerah Prambanan, Jogja, dan
dihadiri oleh banyak peserta dari berbagai kota di Indonesia.
Guru besar lembaga itu mengklaim bahwa ia
dapat membantu meningkatkan level spiritual (ascension) seseorang
sehingga orang itu akan dapat menyatu dengan Tuhan. Salah satu teknik
yang digunakan adalah teknik untuk mengetahui jati diri (higher self)
masing-masing peserta.
Tertarik dengan tawaran seperti itu dan
didorong rasa penasaran dan ingin tahu teknik spiritual apa yang
diajarkan di lokakarya itu saya akhirnya memutuskan untuk hadir.
Ternyata yang digunakan adalah teknik age regression yang
dilanjutkan dengan PLR.
Yang sangat berbahaya adalah ternyata guru
besar lembaga itu menggunakan leading dan mengarahkan pikiran
peserta untuk melihat guru besar itu sebagai wakil atau tangan kanan
Tuhan yang ditugaskan datang ke dunia untuk membantu umat manusia.
Beberapa peserta ada yang berhasil
”mengetahui” kehidupan masa lalu dan bahkan kehidupan masa depan mereka.
Seorang kawan saya sempat stress karena ”mengetahui” bahwa dulunya ia
adalah seorang raja. Namun hidupnya saat ini serba kekurangan.
Bahkan, yang lebih parah lagi, ada peserta,
ini kawan dekat saya, yang ”mengetahui” bahwa ia dulunya adalah
Ganesha. Ck..ck..ck...betapa berbahayanya situasi ini. Kawan saya ini
sempat stress berat. Dan untuk menghibur dirinya sambil bercanda saya
berkata, ”Kayaknya benar deh kamu dulunya Ganesha. Soalnya kamu ini
kulitnya agak hitam dan memang tampangmu ada miripnya dengan gajah."
Rata-rata peserta ”mengetahui” bahwa mereka
ini dulunya adalah murid dari guru besar ini di kehidupan lampau. Jadi,
sekarang mereka bertemu lagi untuk meneruskan pelajaran yang belum
selesai. Dan benar, para peserta itu menjadi pengikut setia guru besar
ini, hingga saat ini.
Setelah acara selesai banyak peserta yang
masih penasaran dan ingin mengalami lagi PLR. Lalu lembaga ini
mengadakan sesi khusus di Surabaya dan menawarkan kesempatan bagi orang,
yang tentunya diharuskan membayar sejumlah uang, untuk bisa diregresi
ke kehidupan masa lalu mereka.
Apa yang terjadi saat PLR di Surabaya sungguh
luar biasa.
Apanya yang luar biasa?
Anda tidak akan percaya bila saya ceritakan
ada peserta yang saat diregresi mengaku bahwa dulunya ia adalah
Spiderman. Wah... wah... sungguh dahsyat, kan?
Siapa yang melakukan PLR ini? Ya, murid-murid
utama guru besar itu yang sekaligus merupakan pengurus lembaga ini di
Surabaya.
Apakah mereka mempunyai latar belakang sebagai
seorang hipnoterapis? Apakah mereka mendalami mengenai cara kerja
pikiran, teknik induksi, pikiran sadar dan bawah sadar, teknik age
regression, atau PLR?
Jawabannya sama sekali tidak. Mereka kebetulan
adalah para murid mendapat predikat sebagai Reiki Master.
Bahaya yang kedua adalah Abreaction
yaitu ledakan emosi saat seorang klien ”mengalami” kembali pengalaman
traumatik yang dulu pernah mereka alami. Istilah teknisnya revivification.
Saat mengalami revivification klien
benar-benar menjalani kembali semua pengalaman traumatik itu. Bila abreaction
ini tidak tertangani dengan baik maka akan dapat mengakibatkan
gangguan mental emosional dalam diri klien.
Seorang kawan baru-baru ini mencoba melakukan
PLR sendiri. Secara tiba-tiba ia mengalami kembali berbagai pengalaman
traumatik. Dan karena tidak tahan dengan guncangan emosi akibat
pengalaman itu ia memutuskan untuk segera keluar dari kondisi hipnosis.
Apakah ceritanya hanya berakhir sampai di
sini?
Tidak. Ternyata sejak saat itu ia mengalami
ketidakstabilan emosi yang cukup mengganggu hidupnya. Ia telah berusaha
menerapi dirinya sendiri dengan beberapa teknik terapi plus doa.
Hasilnya tetap tidak bisa maksimal.
Kawan saya ini akhirnya minta tolong saya
untuk membantu mengatasi masalahnya. Ia merasa ada blocking energi
di daerah tenggorokannya. Rasanya seperti orang yang sakit gondok.
Kejadian ini mengingatkan saya pada seorang klien wanita yang juga
mengalami hal yang sama. Ia merasakan blocking energi yang sangat besar,
di daerah tenggorokan, karena ada bagian (part) dari dirinya yang tidak
bisa memaafkan dirinya atas apa yang telah ia lakukan.
0 komentar:
Posting Komentar