Senin, 12 November 2012 By: Gusti Yoga

Selamat Tinggal Sahabatku

            Semoga kau membaca ini sahabatku :') Aku sudah miss komunikasi denganmu semenjak kau pindah ke Negara, ku harap kita bisa bertemu lagi di lain waktu.









Pagi-pagi ibukuu sudah berangkat bekerja dan biasanya baru pulang jam 7 malam, kalau lembur bisa pulang sampai jam 8 malam. Ibuku bekerja sebagai tukang jahit, sedangkan ayahku menjadi guru di desa. Ayahku pulang setiap seminggu sekali. Penghasilan orang tuaku kalau digabungkan hanya sekitar satu setengah juta rupiah, tapi penghasilan itu tidak cukup untuk hidup di kota besar seperti ini. Aku hanya seorang diri di kamar kos yang berukuran 6x5 meter. Kamar kos ku ini diselat oleh triplek untuk memisahkan dapur dan ruang tamu yang sekaligus tempat tidur. Di samping dapur ada sebuah kamar mandi kecil. Aku hanyalah seorang siswa SD kelas 4 di SD Negeri 4 Ubung Kaja. Sehari-harinya aku memang begini, hanya seorang diri di rumah. Biasanya aku pergi ke rumah temanku untuk menghilangkan kesepianku. Ogi, itulah namanya. Dia adalah sahabat baikku, walaupun dia kaya raya tapi dia mau berteman dengan ku. Hari ini pun aku akan pergi ke rumahnya. Setelah makan dan mandi aku pergi ke rumahnya dengan sepeda gayung kecilku yang berwarna biru tua. Rumah ku cukup jauh dengan rumahnya, sekitar 800 meter. Setibanya disana aku langsung memanggilnya.
“Ogii…!!!”
“Masuk ja Ga..”
“Ya!!”
                Langsung saja aku membuka pintu gerbang yang berwarna merah tua itu dengan susah payah karena pintu gerbangnya jarang di beri oli. Aku lalu meletakkan sepedaku di garasinya dan bergegas masuk ke kamaranya. Aku melihat dia sedang asyiknya  membaca komik sambil tiduran. Dia suka sekali dengan komik, dia sampai mengkoleksi berbagai macam komik. Di kamarnya bahkan ada lemari khusus untuk komik-komik kesayangannya. Terkadang aku meminjam komiknya. Dia memang orangnya baik sekali denganku karena aku mengenalnya semenjak TK, ya sudah hampir 5 tahun kami berteman.
“Gik! Jalan-jalan yuk!!!”
“Gak ah.. gimana kalo maen PS Ga? Aku baru beli kaset baru lhoo..!”
“Ya deh..”
                Sebenarnya aku ingin sekali jalan-jalan, tapi biarlah, daripada aku diam di rumah seorang diri. Ogi memang orangnya susah diajak keluar, dia lebih suka bermain di rumah. Katanya kalau keluar itu capek, mending di rumah yang nyaman.
“Gik, aku mau ambil minum dulu yah..”
“ya. Cepet!”
                Aku lalu lari ke dapurnya yang tak jauh dari kamarnya, di sebelah dapur ada taman dan sebuah kolam. Terkadang aku takut karena rumahnya yang sepi, orang tuanya bekerja di luar kota dan pulang setiap akhir pekan. Di rumahnya hanya ada dia bersama Opa dan Omanya. Biasanya kalau jam segini Opanya sedang tidur. Opanya punya penyakit jantung, jadi kalau main di rumahnya tidak boleh ribut.
“Guk… guk guk”
“Jimmy! Barra!”
                Tiba-tiba anjingnya yang dirantai di pojok taman itu menggonggong. Anjingnya Ogi memang begitu, setiap ada orang ke dapur pasti dia menggonggong. Dia menggonggong dengan setiap orang kecuali Ogi. Untung anjingnya di rantai, kalau tidak pasti aku sudah digigitnya. Secepatnya aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin dari dalam lemari es. Setelah itu aku langsung kembali kekamarnya.
“Udah Ga? Kok cepet banget?”
“Kan tadi kamu yang nyuruh cepet”
“Oh iyaya… ya udah ambil stiknya!”
                Ogi kalau sudah bermain PS tak kenal waktu. Pernah ketika liburan aku diajak main PS dari siang sampai sore. Kadang aku capek juga meladeninya, tapi ya mau gimana lagi, hanya dia satu-satunya temanku yang mengerti aku. Begitu juga dengannya, hanya aku satu-satunya temannya yang mengerti dia.
“Gik! Aku maen sebentar ja ya…”
“Kenapa Ga?”
“Aku ada PR nouk, aku mau pulang ngerjain PR.”
“Tadi kok gak sekalian dibawa bukumu, kan bisa disini buatnya.”
“Ya orang aku baru ingetnya sekarang.”
“Ya udah Ga.”
“Eh, emangnya kamu gak da PR? Kok kayaknya santai amat.”
                Kami memang bersekolah di sekolah yang sama, tapi kelas kami berbeda. Aku kelas IV A, dan dia kelas IV B.
“Ada sih, tapi nanti aja bikinnya di sekolah. Hahaha..”
“Dasar kau Gik!!” aku mendorongnya sambil tertawa.
                Sekitar jam 10 aku pulang untuk membuat PR. Aku berangkat ke sekolah jam 1 siang. Sekolahku sedang mengadakan renovasi, jadi siswa kelas 3 dan 4 masuk siang dan aku paling tidak menyukainya  karena biasanya aku ngantuk pada saat jam pelalajaran.
“Gik! Pulang dulu ya..”
“Ya Ga. Besok pagiin dikit ke rumahku biar lamaan maennya!”
“Hahaha.. Ya Gik. Daah”
“Daah”
                Sewaktu aku meninggalkan Ogi, dia masih ayik bermain PS. Aku sempat berkhayal, andaikan aku terlahir di keluarga yang kaya raya seperti Ogi, pasti aku sangat bahagia.
“Oi! kamu masih di sini? Katanya mau bikin PR.” Ogi melihatku dari jendela kamarnya.
“Ya! Aku pulang sekarang.”
                Secepatnya aku mengayuh sepedaku. Setibanya di rumah aku langsung membuat PR. Tak sampai setengah jam aku sudah menyelesaikan PR ku. Setelah itu aku menghidupkan TV dan menuju dapur untuk mengambil nasi. Aku sudah biasa seperti ini, kalau makan siang aku selalu sambil menonton TV agar suasana di kamar kos ini tidak sepi. Setelah makan aku langsung mandi dan berganti pakaian. Lalu aku mengunci kamar dan berangkat ke sekolah dengan sepeda gayungku yang selalu menemaniku.
* * *
                Jam 6 sore aku pulang, kamar masih gelap gulita. Aku langsung berjalan menuju tempat saklar lampu. Setelah itu aku mandi dan langsung makan sambil menonton TV. Sehabis makan aku hanya tiduran menonton TV sambil menunggu ibuku  pulang. Akhirnya setelah 15 menit ibuku pulang.
“Yoga, nanti habis dapet rapot kita ke desa. Nanti di sana tinggal sama nenek ”
“Kenapa?”
                Ibuku tidak menjawab dan langsung menuju dapur. Aku sangat sedih mendengarnya, dan akupun langsung tidur.
* * *
“Gik! Ogik…”
“Masuk ja Ga, gak dikunci kok.” Aku langsung bergegas ke kamarnya.
“Ga, kamu udah berapa tahun temenan ma aku? Kalo udah nyampe rumahku langsung ja masuk.”
“Nanti kayak maling dong, langsung nyelonong masuk.”
“Hahaha, iya juga sih. Nanti dikirain maling. Ga, jalan-jalan yuk!”
“Tumben nih.”
“Ya Ga, aku lagi bosen diem di rumah.”
“Ok deh, berangkat!”
                Kami langsung menuju garasi dan mengambil sepeda masing-masing.
“Kemana ni Gik?”
“Ya ikutin ja aku.”
“Ok”
                Kami bersepeda sampai akhirnya kami merasa lelah. Lalu kami beristirahat di sebuah warung kecil. Kami membeli dua es teh dan beberapa snack.
“Gik, habis terima rapot aku mau pergi ke desa.”
“Ngapaen Ga?”
“Ibuku bilang aku mau tinggal di sana.”
“Ah becanda kamu Ga.”
“Beneran Gik..”
                Setelah itu kami pulang. Ogi kerumahnya dan aku kerumahku.
* * *
                Ketika aku bangun, aku melihat kamar kos ku sudah kosong melompong. Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan menengok keluar jendela. Aku melihat sebuah mobil box, dan di dalamnya terdapat barang-barangku. Aku sedih sekali ketika aku harus meninggalkan sahabatku ke desa. Aku disuruh mandi dan makan. Aku ragu – ragu ketika menaiki mobil box yang berwarna putih itu, aku merasa setengah tidak percaya ketika mobil sudah mulai berjalan perlahan. Aku sangat sedih ketika mobil yang kunaiki melewati rumahnya. Ku panggil namanya sekencang-kencangnya sambil ku keluarkan kepalaku dari jendela mobil tapi dia tak keluar juga. Rumahnya semakin jauh dan akhirnya tak terlihat lagi.
* * *
waktu membawaku berlari begitu cepat
menarik erat tubuhku,
memaksaku untuk tetap menatap ke depan

masa lalu,
ingin aku menolehnya sebentar saja
sekedar untuk menghilangkan dahaga kerinduanku
akan masa-masa indah
saat aku masih bersamanya

saat ini sepertinya aku mati
rasaku hilang entah kemana
duka. .
bahagia. .
apapun namanya, semua bagiku sama
tak ada lagi indah yang dulu selalu membuatku tersenyum

ingin aku mengembalikan semuanya
jika aku mampu,
aku ingin kembali ke masa itu
di mana ada senyum dan tawa
yang menghiasi hari-hariku

Saat ini aku ingin rasaku kembali
agar aku merasa hidup lagi
aku ingin bersamanya lagi

                Kini enam tahun berlalu sejak aku meninggalkannya, aku begitu sedih ketika mengingatnya kembali. Mengapa aku harus berpisah dengannya.
“Ga! Ke kantin yuk!”
Angga, salah satu teman SMA ku mengajakku ke kantin bersama 2 sahabatku. Kami sudah saling kenal setahun ini dan sudah sangat akrab. Tapi tak ada yang bisa menggantikan Ogi, sahabatku sejatiku yang ada kapanpun untukku.
“yuk! Let’s go!!”
                Tapi tak apa, kini aku sudah tak kesepian lagi karena kini aku punya sahabat bahkan 3 sekaligus yang bisa menghiburku disaat ku sedih. Dan kini aku tak mau kehilangan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar