Pagi-pagi ibukuu
sudah berangkat bekerja dan biasanya baru pulang jam 7 malam, kalau lembur bisa
pulang sampai jam 8 malam. Ibuku bekerja sebagai tukang jahit, sedangkan ayahku
menjadi guru di desa. Ayahku pulang setiap seminggu sekali. Penghasilan orang
tuaku kalau digabungkan hanya sekitar satu setengah juta rupiah, tapi
penghasilan itu tidak cukup untuk hidup di kota besar seperti ini. Aku hanya
seorang diri di kamar kos yang berukuran 6x5 meter. Kamar kos ku ini diselat
oleh triplek untuk memisahkan dapur dan ruang tamu yang sekaligus tempat tidur.
Di samping dapur ada sebuah kamar mandi kecil. Aku hanyalah seorang siswa SD
kelas 4 di SD Negeri 4 Ubung Kaja. Sehari-harinya aku memang begini, hanya
seorang diri di rumah. Biasanya aku pergi ke rumah temanku untuk menghilangkan
kesepianku. Ogi, itulah namanya. Dia adalah sahabat baikku, walaupun dia kaya
raya tapi dia mau berteman dengan ku. Hari ini pun aku akan pergi ke rumahnya.
Setelah makan dan mandi aku pergi ke rumahnya dengan sepeda gayung kecilku yang
berwarna biru tua. Rumah ku cukup jauh dengan rumahnya, sekitar 800 meter.
Setibanya disana aku langsung memanggilnya.
“Ogii…!!!”
“Masuk ja Ga..”
“Ya!!”
Langsung
saja aku membuka pintu gerbang yang berwarna merah tua itu dengan susah payah
karena pintu gerbangnya jarang di beri oli. Aku lalu meletakkan sepedaku di
garasinya dan bergegas masuk ke kamaranya. Aku melihat dia sedang asyiknya membaca komik sambil tiduran. Dia suka sekali
dengan komik, dia sampai mengkoleksi berbagai macam komik. Di kamarnya bahkan
ada lemari khusus untuk komik-komik kesayangannya. Terkadang aku meminjam
komiknya. Dia memang orangnya baik sekali denganku karena aku mengenalnya
semenjak TK, ya sudah hampir 5 tahun kami berteman.
“Gik! Jalan-jalan yuk!!!”
“Gak ah.. gimana kalo maen PS Ga?
Aku baru beli kaset baru lhoo..!”
“Ya deh..”
Sebenarnya
aku ingin sekali jalan-jalan, tapi biarlah, daripada aku diam di rumah seorang
diri. Ogi memang orangnya susah diajak keluar, dia lebih suka bermain di rumah.
Katanya kalau keluar itu capek, mending di rumah yang nyaman.
“Gik, aku mau ambil minum dulu
yah..”
“ya. Cepet!”
Aku
lalu lari ke dapurnya yang tak jauh dari kamarnya, di sebelah dapur ada taman
dan sebuah kolam. Terkadang aku takut karena rumahnya yang sepi, orang tuanya
bekerja di luar kota dan pulang setiap akhir pekan. Di rumahnya hanya ada dia
bersama Opa dan Omanya. Biasanya kalau jam segini Opanya sedang tidur. Opanya
punya penyakit jantung, jadi kalau main di rumahnya tidak boleh ribut.
“Guk… guk guk”
“Jimmy! Barra!”
Tiba-tiba
anjingnya yang dirantai di pojok taman itu menggonggong. Anjingnya Ogi memang
begitu, setiap ada orang ke dapur pasti dia menggonggong. Dia menggonggong
dengan setiap orang kecuali Ogi. Untung anjingnya di rantai, kalau tidak pasti
aku sudah digigitnya. Secepatnya aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air
dingin dari dalam lemari es. Setelah itu aku langsung kembali kekamarnya.
“Udah Ga? Kok cepet banget?”
“Kan tadi kamu yang nyuruh cepet”
“Oh iyaya… ya udah ambil
stiknya!”
Ogi
kalau sudah bermain PS tak kenal waktu. Pernah ketika liburan aku diajak main
PS dari siang sampai sore. Kadang aku capek juga meladeninya, tapi ya mau
gimana lagi, hanya dia satu-satunya temanku yang mengerti aku. Begitu juga
dengannya, hanya aku satu-satunya temannya yang mengerti dia.
“Gik! Aku maen sebentar ja ya…”
“Kenapa Ga?”
“Aku ada PR nouk, aku mau pulang
ngerjain PR.”
“Tadi kok gak sekalian dibawa
bukumu, kan bisa disini buatnya.”
“Ya orang aku baru ingetnya
sekarang.”
“Ya udah Ga.”
“Eh, emangnya kamu gak da PR? Kok
kayaknya santai amat.”
Kami
memang bersekolah di sekolah yang sama, tapi kelas kami berbeda. Aku kelas IV
A, dan dia kelas IV B.
“Ada sih, tapi nanti aja bikinnya
di sekolah. Hahaha..”
“Dasar kau Gik!!” aku
mendorongnya sambil tertawa.
Sekitar
jam 10 aku pulang untuk membuat PR. Aku berangkat ke sekolah jam 1 siang.
Sekolahku sedang mengadakan renovasi, jadi siswa kelas 3 dan 4 masuk siang dan aku
paling tidak menyukainya karena biasanya
aku ngantuk pada saat jam pelalajaran.
“Gik! Pulang dulu ya..”
“Ya Ga. Besok pagiin dikit ke
rumahku biar lamaan maennya!”
“Hahaha.. Ya Gik. Daah”
“Daah”
Sewaktu
aku meninggalkan Ogi, dia masih ayik bermain PS. Aku sempat berkhayal, andaikan
aku terlahir di keluarga yang kaya raya seperti Ogi, pasti aku sangat bahagia.
“Oi! kamu masih di sini? Katanya
mau bikin PR.” Ogi melihatku dari jendela kamarnya.
“Ya! Aku pulang sekarang.”
Secepatnya
aku mengayuh sepedaku. Setibanya di rumah aku langsung membuat PR. Tak sampai
setengah jam aku sudah menyelesaikan PR ku. Setelah itu aku menghidupkan TV dan
menuju dapur untuk mengambil nasi. Aku sudah biasa seperti ini, kalau makan
siang aku selalu sambil menonton TV agar suasana di kamar kos ini tidak sepi.
Setelah makan aku langsung mandi dan berganti pakaian. Lalu aku mengunci kamar
dan berangkat ke sekolah dengan sepeda gayungku yang selalu menemaniku.
* * *
Jam
6 sore aku pulang, kamar masih gelap gulita. Aku langsung berjalan menuju
tempat saklar lampu. Setelah itu aku mandi dan langsung makan sambil menonton
TV. Sehabis makan aku hanya tiduran menonton TV sambil menunggu ibuku pulang. Akhirnya setelah 15 menit ibuku
pulang.
“Yoga, nanti habis dapet rapot kita
ke desa. Nanti di sana tinggal sama nenek ”
“Kenapa?”
Ibuku
tidak menjawab dan langsung menuju dapur. Aku sangat sedih mendengarnya, dan
akupun langsung tidur.
* * *
“Gik! Ogik…”
“Masuk ja Ga, gak dikunci kok.”
Aku langsung bergegas ke kamarnya.
“Ga, kamu udah berapa tahun
temenan ma aku? Kalo udah nyampe rumahku langsung ja masuk.”
“Nanti kayak maling dong,
langsung nyelonong masuk.”
“Hahaha, iya juga sih. Nanti
dikirain maling. Ga, jalan-jalan yuk!”
“Tumben nih.”
“Ya Ga, aku lagi bosen diem di
rumah.”
“Ok deh, berangkat!”
Kami
langsung menuju garasi dan mengambil sepeda masing-masing.
“Kemana ni Gik?”
“Ya ikutin ja aku.”
“Ok”
Kami
bersepeda sampai akhirnya kami merasa lelah. Lalu kami beristirahat di sebuah
warung kecil. Kami membeli dua es teh dan beberapa snack.
“Gik, habis terima rapot aku mau
pergi ke desa.”
“Ngapaen Ga?”
“Ibuku bilang aku mau tinggal di
sana.”
“Ah becanda kamu Ga.”
“Beneran Gik..”
Setelah
itu kami pulang. Ogi kerumahnya dan aku kerumahku.
* * *
Ketika
aku bangun, aku melihat kamar kos ku sudah kosong melompong. Aku langsung
beranjak dari tempat tidur dan menengok keluar jendela. Aku melihat sebuah
mobil box, dan di dalamnya terdapat barang-barangku. Aku sedih sekali ketika
aku harus meninggalkan sahabatku ke desa. Aku disuruh mandi dan makan. Aku ragu
– ragu ketika menaiki mobil box yang berwarna putih itu, aku merasa setengah
tidak percaya ketika mobil sudah mulai berjalan perlahan. Aku sangat sedih
ketika mobil yang kunaiki melewati rumahnya. Ku panggil namanya
sekencang-kencangnya sambil ku keluarkan kepalaku dari jendela mobil tapi dia
tak keluar juga. Rumahnya semakin jauh dan akhirnya tak terlihat lagi.
* * *
waktu
membawaku berlari begitu cepatmenarik erat tubuhku,
memaksaku untuk tetap menatap ke depan
masa lalu,
ingin aku menolehnya sebentar saja
sekedar untuk menghilangkan dahaga kerinduanku
akan masa-masa indah
saat aku masih bersamanya
saat ini sepertinya aku mati
rasaku hilang entah kemana
duka. .
bahagia. .
apapun namanya, semua bagiku sama
tak ada lagi indah yang dulu selalu membuatku tersenyum
ingin aku mengembalikan semuanya
jika aku mampu,
aku ingin kembali ke masa itu
di mana ada senyum dan tawa
yang menghiasi hari-hariku
Saat ini aku ingin rasaku kembali
agar aku merasa hidup lagi
aku ingin bersamanya lagi
Kini
enam tahun berlalu sejak aku meninggalkannya, aku begitu sedih ketika
mengingatnya kembali. Mengapa aku harus berpisah dengannya.
“Ga! Ke kantin yuk!”
Angga,
salah satu teman SMA ku mengajakku ke kantin bersama 2 sahabatku. Kami sudah
saling kenal setahun ini dan sudah sangat akrab. Tapi tak ada yang bisa
menggantikan Ogi, sahabatku sejatiku yang ada kapanpun untukku.
“yuk! Let’s go!!”
Tapi
tak apa, kini aku sudah tak kesepian lagi karena kini aku punya sahabat bahkan
3 sekaligus yang bisa menghiburku disaat ku sedih. Dan kini aku tak mau
kehilangan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar