Ada banyak kisah duyung dari Jepang, namun kisah yang satu ini berbasis
pada legenda kuno 1.400 tahun lalu. Satu kisah yang berasal dari kisah
kepercayaan Shinto di Kota Fujinomiya dekat kaki Gunung Fuji, Jepang.
Tidak diketahui pasti apakah legenda soal duyung berasal dari kisah
nyata atau bukan. Namun berdasarkan telaah ilmiah di beberapa perairan
yang di masa lalu duyung sering dikisahkan, justru memang dihuni
hewan-hewan spesial.
Beberapa hewan spesial itu hingga kini masih hidup di perairan tawar
atau asin. Hewan-hewan inilah yang sering disalahtafsirkan sebagai
duyung. Mungkin karena kebiasaan hidupnya, bentuknya dan performanya
yang memang mirip. Apalagi bila dilihat dari kejauhan.
Hewan-hewan ini dikenal sebagai “dugong“,
“manatee” dan “sapi laut (sea cow)”. Ketiga spesies
ini memiliki bentuk tubuh yang mirip, namun hidup di lingkungan
perairan yang berbeda. Tergolong sebagai mamalia yang suka menyusui dan
berjemur di batu karang dan tepi-tepi perairan, atau mengeluh dan
bersuara lantang.
Dugong adalah mamalia laut
pemakan tumbuhan. Bisa ditemukan di perairan dangkal kawasan pantai
India, Pasifik Selatan (dari wilayah pantai timur Afrika sampai utara
Australia), perairan pantai Papua, dan kepulauan lain di Pasifik. Dugong
berwarna cokelat kelabu, tubuhnya sepanjang 2,7 meter dan mampu hidup
sampai usia 70 tahun.
Manatee.
Ada tiga jenis manatee yang sudah dikenal. Ada yang hidup di perairan
Karibia dan sepanjang pantai tenggara Amerika Selatan.
Ada yang di sepanjang
perairan pantai dan muara sungai Florida (AS), dan jenis ketiga yang
hidup di perairan tawar sungai Amazon. Manatee ini ada yang hidup di
air tawar dan air asin. Warna manatee kelabu, dengan ukuran panjang
tubuh 4 meter.
Sapi Laut (sea cow).
Pertama kali ditemukan dan diidentifikasi pada tahun 1741 di dekat
Pulau Commander di Laut Bering. Sapi laut biasanya suka hidup di
perairan dangkal dekat pantai. Ukuran tubuhnya bisa sepanjang 7,6 meter
dan warnanya kelabu kecokelatan dengan pola polkadot samar.
Ketiga hewan air yang menyusui anaknya ini termasuk dalam kelompok ordo
(grup) hewan mamalia air yang disebut Sirenia.
Penamaan kelompok mamalia air ini dibuat para ilmuwan berdasarkan
kepercayaan kuno (mitologi) bahwa hewan-hewan sirenia inilah yang dulu
diyakini para pelaut sebagai sirens atau duyung.
Duyung pertama
kali muncul dalam mitologi di Assyria (1000 SM). Atargatis, ibu dari ratu Assyria,
Semiramis, adalah dewi yang mencintai seorang gembala namun kemudian ia
membunuhnya karena cintanya ditolak. Merasa malu ia melompat ke dalam
danau dan berubah menjadi ikan. Dalam transformasi menebus malu itu ia
berubah menjadi duyung.
Lalu pada masa 500 SM, kisah duyung terdengar lagi dari seorang filsuf
dari Ionia (wilayah Yunani) bernama Anaximander.
Ia berpendapat bahwa manusia berasal dari satu spesies hewan air.
Teori ini kemudian disebut sebagai evolusi hewan air ke manusia.
Pendapatnya ini dianggap sebagai pembenaran bahwa duyung adalah hewan
air yang sedang berevolusi menjadi manusia.
Begitu populernya duyung ini, sehingga tercantum dalam perkamen dan
naskah-naskah tua. Bahwa dalam catatan Alexander
the Great, sang penguasa Macedonia, (356-323 SM) kisah duyung
juga terselip di sana. Saudara perempuan Alexander bernama Thessalonike disebutkan berubah
menjadi duyung setelah kematiannya.
Legenda dan kisah duyung ini tersebar ke mana-mana. Dikisahkan oleh
para pelaut dan penjelajah samudera. Umumnya duyung digambarkan sebagai
perempuan cantik berekor ikan, berambut panjang, bersuara merdu, suka
berjemur di karang dan tepi pantai. Namun tak ada bukti pasti mengenai
eksistensinya. Kecuali yang tertinggal dalam bentuk sketsa kuno dan
tergambar di mata uang kaum Corinthian (Yunani).
Namun ada
sebuah buku bertahun 1718 yang terbit di Amsterdam Belanda, yang
mengupas soal kehidupan aneka satwa di Samudera Hindia. Buku ini
dilengkapi artikel deskripsi, aneka sketsa dan gambar.
Dalam buku ini ada satu catatan detail soal duyung :
“Ada monster berwujud wanita setengah ikan, tertangkap di perairan
Amboyna (gugus kepulauan Maluku, Indonesia).
Berdasarkan pengukuran memiliki tubuh sepanjang 59 inci (147,5 cm),
bentuknya mirip belut laut (moa). Makhluk ini hanya bertahan hidup
selama 103 jam (4,5 hari) setelah ditangkap, dan mati di akuarium.
Selama pengurungan diberi makan ikan-ikan kecil dan hasil laut lainnya,
namun ia tidak merespons makanan tersebut.”
Agaknya duyung memang masih misteri. Dipercaya ada, namun bukti yang
terlihat sampai kini tak pernah pasti soal wujud duyung yang ada di
legenda. Para ahli bahkan menyimpulkan bahwa kemungkinan duyung itu
adalah mamalia air yang dikenal sebagai dugong, manatee dan sea cow
(Sapi laut), yang disalahtafsir oleh pelaut masa lalu.
0 komentar:
Posting Komentar