Pada tanggal 14 April 1912, kapal “Titanic”, yang menjadi
kebanggaan perusahaan angkutan laut “White Star Line”, pada waktu
perjalanannya yang pertama dari London menuju New York, membentur sebuah
gunung es di sebelah Selatan dari Newfoundland, dan tenggelam dengan
sebagian besar awak kapal dan penumpang-penumpangnya.
Tenggelamnya kapal “Titanic”
itu, yang masih tetap merupakan bencana pelayaran yang paling mengerikan
dalam abad ini, menyebabkan kematiannya 1.675 orang manusia. Apakah
yang sebenarnya telah terjadi?
Bagaimanakah
Raksasa Lautan Pasifik itu, yang pada waktu itu dianggap sebagai sebuah
kapal laut yang paling indah, serta paling besar dan paling aman, di
dunia, dapat mengalami nasib demikian buruk dan tenggelam?
Usaha-usaha penyelidikan, yang
kemudian diadakan, tidak pernah berhasil untuk menjelaskan sepenuhnya
sebab-musabab bencana itu. Jadi, para penyelidik tidak pernah dapat
menemukan sebab-sebabnya, mengapa Kapten Smith, yang memegang komando
atas kapal itu, bertindak demikian aneh.
Smith merupakan seorang pelaut yang hebat, sangat
berpengalaman dalam perjalanan pelayaran mengarungi samudera, dan dia
mengenal jalan-laut dari London ke New York seperti telapak tangannya
sendiri.
Akan tetapi, pada hari
terjadinya bencana itu, dia mempunyai tindak-perbuatan yang sangat aneh,
di antaranya yang paling jelas adalah, bahwa dia telah mengambil jalan
yang tidak umum dan telah berlayar dengan kecepatan melampaui batas; dan
lagi, bahwa dia, secara tidak masuk akal, tidak mau minta pertolongan
kapal lain, yang berlayar juga di daerah itu.
Dan yang lebih mengherankan lagi
adalah adanya kenyataan, bahwa para penyelidik telah dapat mengumpulkan
keterangan dari para penumpang, yang tidak menjadi korban bencana,
bahwa Kapten Smith tidak memberitahukan cara menyelamatkan diri sampai
pada saat yang terakhir. Segala sesuatunya menunjukkan, bahwa Kapten
Smith telah kehilangan kesadarannya.
Walaupun demikian, semua
kenyataan itu sama sekali belum memberikan suatu penjelasan.
Kenyataan-kenyataan itu malahan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain.
Apakah sebenarnya yang menimbulkan keadaan, di mana Kapten Smith
seakan-akan kehilangan ingatan itu?
Dalam suatu usaha maksimal untuk
menemukan suatu penjelasan, yang masuk akal, mengenai kejadian-kejadian
aneh itu, beberapa orang wartawan, yang telah ditunjuk untuk mengikuti
penyelidikan sebab-musabab bencana itu, berhasil mengemukakan suatu
dugaan, yang sangat mengejutkan.
Pada waktu terjadinya bencana
itu, “Titanic” mengangkut 2.200 orang penumpang, 40 ton kentang, 1.200
botol aer-belanda, 7.000 karung kopi, 3.500 butir telor, dan
lain-lainnya …. dan sebuah mumi Mesir.
Mumi itu adalah milik seorang pengumpul Inggris, Lord
Canterville, yang menyuruh mengangkutnya dari London ke New York, di
mana sedang diadakan pameran benda-benda Mesir kuno.
Mumi itu adalah mayat seorang
tukang ramal, yang hidup dalam jaman Amenophis IV; makamnya telah
diketemukan di Tell el-Amarna. Mumi itu, seperti halnya mumi-mumi Mesir
lainnya, mengenakan sangat banyak benda – benda ajimat.
Terutama di bawah kepalanya,
terdapat sebuah amulet, yang berisi gambar Dewa Osiris, disertai
tulisan, yang berbunyi sebagai berikut: “Bangunlah dari tidur anda, yang
nyenyak; sorot mata anda akan mengalahkan segalanya, yang dilakukan
terhadap anda”.
Tambahan lagi, benda antik itu,
karena nilainya yang luar biasa, tidak dimuat dalam ruangan
barang-barang. Ditutup rapat dalam sebuah peti kayu, yang kokoh kuat,
mumi itu ditaroh di belakang tempat komando Kapten Smith.
0 komentar:
Posting Komentar