Sebuah ceritera kuno bangsa Maya
mengatakan bahwa 10.000 tahun yang lalu mereka berada dalam peradaban
puncak. Walaupun para ahli purbakala meragukan kebenaran “ waktu 10.000
tahun yang lalu “ itu dalam tulisan mereka, namun saya akan tetap
menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat penting, sebab tidak ada
seorangpun yang dapat menjelaskan, dari mana asal bangsa Maya itu dan
kemudian kemana perginya mereka itu. Sebab telah dibuktikan, bahwa
kota-kota bangsa Maya tidak dihancurkan oleh peperangan atau bencana
bencana alam. Kota-kota itu dengan demikian telah ditinggalkan oleh para
penduduknya. Bangsa Maya telah lenyap tanpa bekas. Mengapakah mereka
telah meninggalkan kota-kota mereka yang hebat, yang telah mereka bangun
“untuk bertahan sepanjang masa” dengan balok-balok yang utuh?
Telah diakui bahwa apa yang disebut zaman “sebelum zaman kuno” berada diantara 1000-2000 tahun sebelum Masehi, akan tetapi dalam hal ini diakui oleh para sarjana, mereka sebenarnya tidak mengetahui apa-pun mengenai “zaman purbakala “ yang sebenarnya, yang mendahului “zaman sebelum zaman kuno”. Adalah sangat besar kemungkinannya, bahwa semua “kejadian nyata” dalam sejarah yang hingga kini belum dapat diketemukan, ada dalam buku buku yang telah dibakar oleh uskup Landa.
Hanya ada tiga buku kuno tulisan tangan dari bangsa Maya yang tidak ikut terbakar; lembarannya dibuat dari kulit pohon dan dilipat-lipat seperti harmonica. Buku-buku itu disebut menurut nama tempat, di mana masing masing disimpan : Dresdensis Codex (Codex = buku kuno dalam tulisan tangan ), Paris Codex dan Madrid Codex, yang juga dikenal sebagai Tro-Cortesianus.
Tulisan-tulisannya yang sudah berwarna kuning karena tuanya,
masih belum sungguh-sungguh dapat dimengerti. Yang telah dapatdipecahkan
adalah “system menurut nomer” mereka yang sangat baik, akan tetapi
sederhana. Mereka menghitung dengan goresan-goresan, yang diberi
titik-titik di atasnya. Satu titik sama dengan 1, tiga titik dengan 3,
dst nya. Angka 5 digambarkan dengan sebuah goresan, sehingga angka 7
menjadi sebuah goresan ditambah dua titik diatasnya. Bangsa Maya pun
mengetahui nilai-nilai nisbi dan nol. Mereka menggunakan system
“vigesima”, atas dasar 20. Kalau mereka ingin menulis bilangan 23 , maka
mereka menaruh tiga titik di tempat “satuan” dan satu goresan di tempat
“duapuluh”. Mudahlah untuk membedakan
“goresan dua puluh” dari “goresan limaan”.
Goresan dua puluhan diberi tempat jauh lebih tinggi dari pada tempat goresan limaan. Kalender bangsa Maya mempunyai kualitas yang amat tinggi . Tanggal permulaan urutan waktu mereka adalah suatu hari dalam tahun 3113 sebelum Masehi. Para ahli dari Amerika selatan menyatakan, bahwa tahun gaib 3113 sebelum Masehi itu tidak ada hitungannya dengan sejarah yang sebenarnya dari bangsa Maya, akan tetapi hanya mempunyai nilai asli “simbolis” seperti ucapan bangsa Yahudi “sejak diciptakannya dunia”.
Bagaimanakah mereka dapat mengatakan itu secara demikian
pasti, kalau kita tidak mengetahui dari mana asal datangnya orang Maya
itu dan kemana mereka lenyap pergi. Sangat banyaklah sudah tulisan
tulisan mengenai kalender bangsa Maya itu. Suatu kenyataan adalah, bahwa
kalender itu menggunakan system putaran-putaran tahun yang setiap
putarannya berjangka waktu 374,000 tahun. Bangunan-bangunan didirikan
menurut kalendernya : Untuk tiap hari selama sebulan sebuah anak tangga,
untuk tiap bulannya sebuah “mimbar dan akhirnya, pada hari yang ke 365,
berdirilah sudah tempat berhala itu.
Kelihatannya seakan-akan orang
-orang bangsa Maya dari kerajaan kuno itu membuat bangunan-bangunan
keagamaan mereka bukannya karena terdorong oleh kebutuhan kepercayaan,
melainkan karena kalender memaksakan mereka suatu kewajiban yang harus
mereka penuhi. Observatorium para ahli perbintangan mereka, sebuah
bangunan bundar di atas dua teras raksasa yang menjulang tinggi di atas
hutan belukar, terletak di Chichen Itza. Para ahli perbintangan bangsa
Maya mengetahui orbit bulan sampai pada empat desimal dan mereka juga
dapat menghitung tahun planet Venus sampai pada sampai pada tiga
desimal.
Menurut ceritera kuno, maka para dewa permulaan dari bangsa
Maya berasal dari bintang-bintang, mengadakan hubungan dengan bumi, dan
kemudian kembali lagi ke bintang bintang. Dalam “ Popol Vuh ”, sebuah
ceritera kuno bangsa Maya, dikemukakan bahwa 4000 pemuda dari cakrawala
kembali ke “ bintang tujuh “, setelah mereka menderita kekalahan dalam
perkelahian dengan manusia. Dewa Kukulkan rupa-rupanya betukar berita
dengan bangsa Aztec, yang bernama Quetzalcoatl.
Dia digambarkan sebagai seekor
ular yang berbulu dan datang dari langit. Kalau orang-orang bangsa Maya,
dalam hidupnya setiap hari melihat ular-ular merayap di tanah, maka
sulitlah untuk dimengerti, mengapa ular-ular dalam gambaran dan relief
mereka dapat “terbang “. Tulisan-tulisan bangsa Maya yang masih ada,
meliputi 208 halaman yang dilipat menurut cara harmonica. Melihat banyak
dan banyak macamnya tanda-tanda, bentuk-bentuk, lambang-lambang dan
bentuk kombinasi, maka tidaklah mengherankan bahwa sampai sekarang hanya
sedikitlah yang dapat dipecahkan artinya.
Lukisan-lukisan pada serat pohon yang diberi lapisan tipis
dari kapur sebagai landasan lukisannya, disimpan antara dua lembaran
kaca. “Dresden Codex” mempunyai 74 halaman, dan berisi perhitungan
mengenai perbintangan dan juga berisi daftar-daftar mengenai perjalanan
dan gerak bulan dan planet Mars. Pada lukisan-lukisan itu selalu
terlihat adanya makhluk mengerikan yang berbentuk seperti ular di dekat
bilangan-bilangan. Makhluk itu dihubungkan dengan bulan dan memuntahkan
air ke bumi. Makhluk “ manusia “ nya mengenakan kedok dan perlengkapan
kepala yang rumit, dan seringkali kelihatannya mengenakan semacam
pakaian selam. Apakah mereka itu pendeta-pendeta bangsa Maya yang sedang
melakukan percobaan-percobaan ataukah binatang binatang?
Makhluk-makhluk yang tidak dapat ditentukan makhluk, apa sebenarnya,
dengan menggunakan banyak peralatan yang aneh-aneh.
“Paris Codex“ dibeli oleh “Bibliotheque Nationable”
(Perpustakaan Nasional) di tahun 1832 dari koleksi seseorang. Dibuat
dari bahan yang sama dengan bahan “Dresden Codex” dan mempunyai 22
halaman yang sudah sangat rusak. Dalam abad terakhir ini, pemeliharaan
terhadap halaman-halaman yang dilipat-lipat itu adalah demikian jeleknya
sehingga kini hanya tinggal dua halaman saja yang dapat dipertunjukkan
dalam sebuah kotak dari kaca. Untungnya bagi kita adalah, bahwa dari
“Paris Codex“ terutama berisi ramalan-ramalan menurut kalender. “Madrid
Codex” disimpan di “Museo de America” di Madrid dan terdiri dari 112
halaman bergambar, dimana dapat terlihat gambar dewa-dewa dalam sikap
upacara keagamaan yang besar. Gambar-gambar dan bagian-bagiannya, sampai
yang kecil-kecil adalah sangat menarik. Kita dapat melihat segala macam
benda dalam gambar-gambar itu.
Dewa-dewa berasap pada kulit bumi, dewa-dewa sebelum makan pembuluh darah, hukuman dengan tusukan pada lidah, seorang dewi dengan kepala ular pada roda pemintal. Saya telah mengkopi bagian-bagian dari buku-buku itu, yang sebenarnya hanya diketahui oleh para ahli-ahli saja, sehingga setiap orang yang berpengetahuan dan mempunyai perhatian terhadap dan mempunyai perhatian terhadap persoalan ini, dapat menilai sendiri apa yang benar-benar digambar. Saya mempunyai dugaan, bahwa orangawam akan merumuskan gagasan-gagasannya secara lebih bebas daripada seorang ahli bangsa Maya.
Selama penyelidikan-penyelidikannya di lapangan dari tahun
1949 sampai 1952, seorang ahli purbakala bangsa Mexico bernama Alberto
Ruz Lhuiller menemukan sebuah kamar penyimpanan jenazah di “Kuil naskah
tulisan tangan“ di Palenque.
Dari kamar depan kuil yang
berada di mimbar tertinggi sebuah piramida bertangga, terdapat sebuah
bordes yang miring agak curam dan licin karena kelembaban udara, yang
menjurus ke bawah sampai hampir 75 kaki dan berakhir sampai 6 kaki
dibawah tanah. Tangganya disembunyikan demikian rupa, sehingga dapat
kita tarik kesimpulan, bahwa tangga itu tadinya pasti dirahasiakan.
Ukuran dan letak kamar itu cocok dengan “pengertian tentang ilmu gaib “
(Marcel Brion). Para ahli purbakala beserta pembantu-pembantunya
membutuhkan waktu tiga tahun untuk membersihkan tangga itu, dari puncak
sampai ke dasarnya. Lantai ruangan itu terbuatdari satu batu utuh yang
berukuran panjang 14 kaki dan lebar 7 kaki, dengan gambar relief yang
luar biasa. Saya belum pernah melihat sebuah relief lainnnya, yang
demikian indah dan cermat pembuatannya.
Ukiran-ukiran bangsa Maya
terdapat di sekitar sudut-sudut permukaan yang datar itu, akan tetapi
hanya sangat sedikitlah dari ukiran-ukiran itu yang dapat dipecahkan
artinya. Batu datarnya dihias dengan ukiran-ukiran tulisan seperti yang
terdapat di Dresden Paris dan Madrid Codex. Dalam gambar-gambar itu kita
lihat sebuah kedok dewa bumi, dengan hiasan-hiasan bulu di dadanya,
tali-tali dan pipa-pipa dari dari batu berwarna dan tidak ketinggalan
pula seekor burung yang dianggap suci (burung Kwitzel dari Amerika
tengah). Paul Rivet, salah seorang dari kelompok ahli-ahli purbakala
yang telah menemukan kamar jenazah dalam kuil di Palenque itu, berkata,
bahwa orang Indiannya digambarkan sedang duduk di altar pengorbanan dan
bahwa dibelakang tempat duduknya terukir rambut jenggot Dewa Cuaca,
motifmotif yang selalu timbul kembali dikota-kota Maya.
Di bawah batu utuh yang dihias secara indah itu, terdapat
sebuah kerangka dalam sebuah peti mati yang dicat merah. Sebuah kedok
emas menutupi muka kerangka; beberapa butir batu pertama terdapat di
sebelah kerangka, seakan-akan merupakan benda-benda upacara keagamaan
dan benda benda yang dikorbankan. Sejak saya melihat batu kuburan di
Palengue itu, maka saya menafsirkan dan merumuskannya dalam
istilah-istilah tekhnik. Tidaklah menjadi persoalan, apakah kita
menggunakan sudut pandangan ini ataukah itu , tetapi saya ada perasaan,
bahwa ada petualang-petualang ruang angkasa tersangkut dalam soal ini.
Potret-potret terbaik yang
pernah saya lihat mengenai batu kuburan, yang berada di belakang pintu
besi yang terkunci itu, adalah hasil pemotretan dari para pemotret film “
Kereta-kereta perang para Dewa kah? “Setelah delapan kali mengajukan
permohonan, maka Pemerintah mengizinkan kami untuk kerja selama setengah
jam dengan menggunakan kamera dan lampu – lampu sorot. Potret potret
ini akan memberikan gambaran yang lebih baik kepada para pembaca
mengenai persoalan yang saya bicarakan dari pada gambar-gambar dalam
buku saya yang pertama. Akhirnya kesemuanya itu menujukkan, bahwa batu
kuburan itu merupakan sebuah kerangka yang di tengah tengahnya terdapat
makhuk, yang duduk agak membongkok ke depan (seperti seorang Astronaut
di dalam module komandonya).
Makhluk asing itu mengenakan sebuah topi helm, dari bagian
belakang topi helm itu mencuat keluar dua batang pipa. Di depan
hidungnya terdapat aparat oxygen. Makhluk itu sedang mengerjakan alat
semacam tombol pengamatan dengan kedua tangannya. Jari-jari yang sebelah
atas disusun, seakan-akan makhluk sedang menyetel sebuah tombol yang
ada di depannya. Kita melihat dari arah belakang, empat jari dari
tangannya yang sebelah bawah jari kelingkingnya bengkok.
Apakah makhluk itu tidak
kelihatan seperti sedang mengerjakan alat pengontrol seperti yang
terdapat pada stir sepeda motor? Tumit kaki kirinya berada di atas pedal
bertangga. Yang melihat relief di Palengue itu akan heran melihat
kenyataan, bahwa “orang Indian yang berada di atas altar pengorbanan “
itu mengenakan pakaian yang sangat modern. Tepat di bawah dagunya
terdapat semacam leher gulung sebuah kemeja wol. Bajunya yang sempit
mempunyai lengan baju, yang ujungnya pada pergelangan tangan dilipat ke
atas. Dia menggunakan ikat pinggang pada pergelangan tangan, dilipat ke
atas.
Dia menggunakan ikat pinggang
lebar, dan mengenakan celana panjang, yang bagian atasnya lebar dan
bercorak seperti mata jala, sedangkan bagian bawahnya, mulai dari
sedikit di atas lutut sampai terus di pergelangan kaki adalah sempit. Di
pergelangan kakinya terlihat bagian pakaian seperti kaos kaki pakaian
lengkap bagi seorang astronaut !, peralatan di dalamnya di mana si
petualang ruang angkasa itu duduk meringkuk dengan kaku, menunjukkan
ciri-ciri teknis sebagai peralatan untuk perjalanan ruang angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar