Volker Haak peneliti dari pusat penelitian kebumian di Potsdam
Jerman-GFZ, melaporkan, kutub magnetik Bumi bergerak dari Kanada ke
arah Rusia. Kecepatan pergerakannya dalam beberapa tahun terakhir ini
terus meningkat, dari rata-rata 10 kilometer per tahun, menjadi 50
kilometer per tahunnya. Jika kecepatan itu tetap konstan, dalam waktu 50
tahun, kutub magnetik Bumi akan pindah sampai ke Siberia. Pengamatan
menunjukan sejak tahun 1.600 kutub magnetik Bumi telah berpindah
beberapa kali.
Perpindahan kutub
magnetik Bumi, bukanlah fenomena luar biasa. Penelitian para ahli
geofisika terhadap arah megnetisme pada batuan menunjukan, rata-rata
setiap 250.000/500.000 tahun sekali medan magnet Bumi berubah arah.
Perubahan kutub magnetik terakhir, terjadi sekitar 750.000 tahun lalu.
Perubahan kutub magnetik Bumi, tidak berdampak apapun bagi Bumi itu
sendiri. Akan tetapi di zaman teknik canggih seperti saat ini, dampaknya
amat besar pada umat manusia. Jika dalam pergerakannya, medan magnet
yang melindungi Bumi menghilang, walaupun dalam waktu singkat, dampaknya
akan sangat terasa.
Ketika medan magnet menghilang, Bumi
kehilangan pelindung dari serangan angin matahari. Pancaran partikel
ter-ionisasi akan menembus jauh ke bawah atmosfir Bumi. Saklar-saklar
berukuran mikro atau nano dalam chips komputer akan terpengaruh.
Instrumen pada pesawat terbang atau satelit menjadi kacau. Juga jaringan
pemasok enegi dan informasi akan terganggu berat. Kedengarannya seperti
cerita fiksi ilmiah, akan tetapi semuanya nyata. Manusia sudah memasuki
zaman teknologi, dimana gangguan dari luar angkasa akan sangat
berpengaruh.
Selain itu, meningkatnya kadar pancaran kosmis dapat mengancam
keberadaan lapisan ozon di atmosfir. Akibatnya dapat terbentuk lapisan
awan tebal. Iklim global akan mengalami perubahan dan kutub utara
semakin mendingin. Tidak tertutup kemungkinan, juga kasus kanker kulit
meningkat. Sebuah skenario bencana yang mengerikan. Akan tetapi
perubahan iklim dan meningkatnya pancaran kosmis, tidak berlaku dalam
waktu singkat dalam ukuran manusia. Fenomena pertukaran kutub magnetik
Bumi, biasanya berlangsung dalam waktu 1000 tahun atau lebih, demikian
laporan pusat penelitian kebumian di Potsdam. Namun berdasarkan ukuran
waktu Bumi rentang waktu 1000 tahun memang relatif singkat.
Walaupun demikian, di beberapa kawasan di Bumi, perubahan
kutub magnetik Bumi sudah terasa dampaknya. Misalnya pada ketinggian di
atas 10.000 meter di atas kawasan Atlantik selatan, dosis pancaran sinar
kosmisnya ribuan kali lebih tinggi dibanding kawasan udara di Asia.
Penghuni stasiun ruang angkasa internasional ISS, terpapar pancaran
partikel terionisasi sekitar 90 persen dari dosis aman, pada saat
satelitnya melewati kawasan Atlantik selatan. Padahal dalam satu hari,
ISS hanya melintasi kawasan tsb hanya selama 10 menit.
Dengan bantuan satelit Jerman, “Champ” sejak bulan Juli tahun
2000, para peneliti di GFZ mendapatkan data akurat mengenai perkembangan
global medan magnet. Berdasarkan data terakhir, terbukti intensitas
medan magnet Bumi sejak tahun 1979 sudah berkurang 1,7 persen. Bahkan di
kawasan Atlantik selatan, pengurangan intensitasnya sudah mencapai 10
persen. Perubahan medan magnetik di permukaan Bumi tsb, adalah akibat
perubahan dinamika fluida pada inti Bumi. Bahkan diamati, gerakan
dinamika inti Bumi tidak hanya berhenti sejenak, bahkan mulai bergerak
ke arah berlawanan. Para ahli menduga, akan terjadi pertukaran kutub
magnetik Bumi dari Utara ke Selatan.
Para ahli kebumian bahkan sudah melapokan adanya kawasan
anomali. Di kawasan tsb, jarum kompas tidak lagi menunjuk arah utara,
akan tetapi sebaliknya. Pengamatan selama 20 tahun dari tahun 1980
sampai tahun 2000 menunjukan, semakin meluasnya kawasan yang jarum
kompasnya menunjukan arah terbalik tsb. Menurut para peneliti, di
kawasan inti Bumi kemungkinan terjadi gerakan yang berlawanan dengan
dinamika unsur besi cair. Apa yang disebut antisiklus inilah yang
menjadi penyebab jarum kompas menunjuk arah selatan, bukan lagi utara
seperti lazimnya.
Lembaga antariksa AS-NASA dan lembaga luar angkasa Eropa-ESA,
dewasa ini bekerjasama lebih erat, untuk meneliti perubahan medan
magnetik Bumi tsb. Kedua lembaga antariksa terkemuka di dunia itu,
meluncurkan berbagai program penelitian cuaca di luar angkasa.
Sasarannya untuk dapat meramalkan, kapan terjadinya badai matahari.
Ramalan diharapkan dapat ditarik tiga hari sebelum terjadinya bagai.
Sebab badai kosmis dari matahari, memerlukan waktu tiga hari untuk
mencapai Bumi. Dengan begitu, dapat diambil langkah yang diperlukan,
untuk mencegah dampak dari badai kosmis tsb.
0 komentar:
Posting Komentar