Anda yang tertarik atau sekadar iseng mengklik iklan dalam situs jejaring sosial sebaiknya hati-hati. Facebook, Myspace, dan beberapa situs lain memang telah berupaya meyakinkan pengguna, bahwa data mereka tak akan digunakan atau diberikan pada pihak lain tanpa pemberitahuan. Namun, laporan terkini Wall Street Journal (WSJ) menyatakan hal berbeda.
Dalam laporan yang dirilis Jumat (21/5), para situs jejaring sosial itu terbukti telah mengirimkan informasi pribadi yang bersifat indentifikasi kepada pengiklan mereka tanpa pemberitahuan. Perusahaan pengiklan besar termasuk DoubleClick milik Google dan Right Media dari Yahoo diketahui menerima informasi seperti username (nama pengguna) atau nomor ID yang dapat dilacak kembali ke profil individu begitu pengguna mengklik pada iklan tersebut.
Data tersebut, tentu saja berpotensi dimanfaatkan untuk mengintip informasi si pengguna, termasuk nama asli mereka, usia, jenis pekerjaan, lokasi dan semua info lain yang tetera dalam profil. Namun, para perusahaan yang disebutkan tadi menyangkal mengetahui perihal 'ekstra' data yang mereka terima dan mengklaim mereka tidak memanfaatkannya.
Baik Google dan Yahoo membuat pernyatan keras, membantah dugaan tersebut. Wakil Presiden Yahoo bidang kebijakan global, Anne Tooth, berkata tegas, "Kami melarang klien untuk mengirimkan informasi yang dapat diidentifikasi sebagai milik pribadi kepada kami. Kami telah memberitahu mereka 'Kami tidak ingin itu'. Anda tak seharusnya mengirim itu pada kami. Jika itu terkirim, kami tak akan mencari-cari atau melihatnya."
WSJ juga melaporkan, sejak mencuat pertanyaan seputar kebijakan Facebook dan Myspace, kedua perusahaan tersebut sebenarnya menulis ulang kembali kode-kode pemrograman untuk mengubah sistem yang menyalurkan data identitas. Selain dua perusahaan itu, LiveJournal, Hi5, Xanga dan Digg juga termasuk dalam daftar situs yang diketahui mengirim informasi personal ke pengiklan ketika pengguna mengklik sebuah advertisement.
Media ekonomi Abang Sam itu juga menemukan bahwa Facebook bergerak terlalu jauh dalam hal pembagian data personal. Situs tersebut mengirim username milik pengguna sekaligus username profil yang dilihat pengguna--yang login di akun Facebooknya bersamaan--ketika melihat atau mengklik iklan.
Kecuali Facebook, paling tidak perusahaan jejaring sosial lain yang disebut dalam laporan WSJ hanya mengirim nama ID profil yang sedang dilihat pengguna, saat mengklik iklan dalam situs tersebut, bukan ID mereka sendiri.
Kabar tersebut pun melengkapi masa buruk yang dialami Facebook. Perusahaan itu kini menghadapi gugatan atas isu pelanggaran hak privasi, salah satunya dari Uni Eropa. Majalah Times bahkan mengangkat isu itu menjadi cerita sampul dalam edisi bulan ini.
0 komentar:
Posting Komentar